Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 09 Desember 2008

CANDLE LIGHT


CANDLE LIGHT

Entah sampai dimana aku berjalan dalam labirin, ruang gelap, tanpa batas, tanpa ada kawan, tanpa arah dan tujuan, hanya aku sendiri yang selalu berjalan mencari kesejatian diriku. Di jaman ini, manusia memakan manusia, tak ada artinya sebuah harga diri, dan tidak ada artinya bagiku untuk hidup lebih lama lagi jika selalu seperti ini, namun aku akan selalu berjalan dikala matahari terbenam di ujung tanpa batas ganasnya lautan kehidupan, dimana jejak kakiku di pasir putih terhapus oleh buih ombak, namun aku tetap berjalan, walau hanya sendiri,...

Entah sampai kapan aku dapat bertahan hidup, untuk memanjakan perutku aku harus bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik sepatu, pemiliknya orang asing yang selalu mengeruk habis kekayaan negriku, yang dua tahun yang lalu pabrik ini adalah sebuah sekolah yang kemudian dibeli untuk dibuat pabrik, banyak anak putus sekolah seperti aku. Upah yang aku terima lima belas ribu rupiah per harinya, itu pula kalau masa kontrakku habis, aku harus menahan laparku.

Sejak Februari lima tahun lalu aku adalah anak yatim piatu, ayah ibuku telah bercerai, yang entah dimana ayahku kini berada, dan ibuku telah meninggal akibat kanker yang dideritanya, aku dititipkan di nenekku yang sebulan yang lalu telah terbaring kaku. Sepeninggal nenek dan ibuku, tak ada teman dan kerabat satu pun yang mengunjungi pemakamannya, bahkan ayahku yang kukira dia datang, dia hilang. Aku benar-benar merasakan kesendirian yang luar biasa. Aku rindu sekali dengan ayah dan ibuku, selalu aku menangis jika aku melihat potrait kami yang selalu aku selipkan di bawah bantalku, sebelum aku tidur aku mengucapkan “selamat malam mama papa....”

Aku tinggal di sebuah rumah pojok tua dan reyot warisan nenekku, tepatnya di daerah Baven Hill, yang dengan pagar besi mengelilingi rumah dan sebulan kemarin aku tambahkan balok-balok kayu menutupi celah-celah pagar, karena sering kali ada tawuran antar suku didaerahku, I’am so affraid..... Satu-satunya rumah diblokku yang memakai penerangan dengan lilin, aku tak mampu membayar listrik yang sudah melonjak tinggi, benar-benar mencekikku.

Jika larut tiba, terkadang aku bersandar dekat jendela yang terlihat langsung dengan halte di sebrang rumahku, sering aku melihat sesosok anak lelaki kuliahan menanti bus malam dengan perawakan yang tinggi, memakai jaket hitam tebal, terkadang membaca-baca buku tebal yang ia bawa, terkadang juga menghela nafas panjang, yang entah apa yang dipikirannya, sesekali juga ia membuang pandang ke pandanganku, aku mengira ia tidak dapat melihatku karena kaca jendela yang buram.

Dia yang selalu kulihat setiap malam menyambutku, mungkin itu adalah satu-satunya hiburanku, selain bercanda dengan para buruh lainnya, terkadang aku iri kepadanya, ia menikmati yang namanya kuliah, aku hanya SMP tidak tamat, karena biaya melambung tinggi, sesaat juga bus malam datang, dan dia pergi menghilang, entah apa yang aku rasakan seperti kekecewaan atau kehilangan sesuatu...


Malam ini aku harus ke warung mbak Iyem, dua blok dari rumahku, untuk sejenak aku meminjam koran-korannya, untuk mencari pekerjaan lagi, sebab masa kontrakku sudah habis, dengan langkah kaki yang cepat aku menuju ke warungnya,
“Mbak Iyem aku pinjam koran hari ini ya?”
“Tuh,..Caramelle... ambil aja! Ehk... sekarang kamu berambut pendek... kayak anak laki-laki, kamu potong sendiri ya?.. tuh keliatan gak rapi..”
“Iya,... aku balik dulu ya mbak!”
Banyak lelaki yang melihatku, dengan pandangan sinisnya, dan dengan langkah cepat pula aku kembali ke rumahku.

Segera aku mengambil kursi dan aku bersandar dekat jendela, sesekali aku membuang pandang ke halte, lelaki itu masih tak tampak olehku, kulanjutkan lagi pencarianku,
“Hmm... dibutuhkan tenaga kerja sebagai kuli bangunan, pekerjaan cowok tuh, tapi disini tertera cowok atau cewek, ahk.. gak cocok”
sesekali aku membuang pandang masih tak tampak juga,...
“Hmmm... dibutuhkan pembantu rumah tangga tidak menetap, tapi rumah majikannya jauh banget, kalau naik bus... belum lagi baliknya...”
Aku menghela nafas panjang
“Hu... tak ada lagi nih... yang lainnya dibutuhkan minimal lulus SMA,... hu... ya sudah putusin jadi kuli aja, paling-paling kalau cewek kayak aku cuman yang ringan-ringan aja”
Aku rebahkan tubuhku di kasur kerasku, aku sangat lelah dan tertidur, dan malam itu dia tak nampak olehku...

Entah sampai dimana aku berada dalam sebuah bus malam, terlihat hanya aku sendiri, dan satu wanita tua yang duduk dua baris tempat duduk di depanku, aku mulai melangkah kedepan melihat tujuan bus ini, yang terlihat hanya sebuah jalan berkelok-kelok, gelap hanya sebuah cahaya jauh di ujung jalan ini... tiba-tiba saja wanita tua itu memanggilku...
“Caramelle...!!!” aku langsung menoleh ke belakang..
“Aku bisa merubah kecemasan dan penderitaanmu, tapi apakah kamu mau melakukan apa yang aku kehendaki??”
“Anda siapa??”
“Tak perlu kamu tahu siapa aku, tapi coba kamu pikirkan tawaranku”
“Apa yang anda kehendaki?,... pasti akan aku lakukan,... demi sebuah kebahagiaanku”
“Jika kamu bisa merubah kehidupan seseorang tidak melebihi tahun ini, aku akan merubah kehidupanmu”
“Siapa dia?”
“Namanya Cakrawala, suatu saat kau akan menemuinya... dan apa yang terikat di dunia, akan terikat juga di surga,... kau telah janji kepadaku...”
Sesaat itu pula cahaya putih menyilaukanku,... membuatku bangun dari mimpiku tadi..., ahk... cuman mimpi... namun aku sulit kembali tidur karena banyak pertanyaan dalam benakku,... siapakah dia? Peri? Yang mampu mengabulkan semua permintaanku? Akhir tahun ini? Sekarang bulan November, aku masih memiliki satu bulan lagi,... Siapa Cakrawala? Kelihatannya cowok... sesaat itu pula aku terhanyut dalam pertanyaan-pertanyaan konyolku akan sebuah arti mimpi.

Esok pagi yang baru, dengan semangat yang baru, aku dengan sepatu buntutku yang seakan menertawaiku, hingga jari kakiku keluar, aku berjalan menuju pekerjaanku yang baru menjadi kuli di sebuah pembuatan bangunan. Sebelum aku bekerja, aku diinterview, ada seorang yang hitam legam, otot segurat urat menghiasi lengannya, langsung pula aku melirik nametagnya, kalaulah dia Cakrawala,... bukan dia adalah George, penanggung jawab di sini. Setelah kurang lebih lima belas menit aku ditanyai, aku langsung pada hari itu aku masuk kerja, ya memang kerjanya harus mengangkut semen dari pos ke pos lainnya, jumlah posnya ada empat, jarak antar pos sepuluh meter, bayangkan betapa lelahnya tubuhku,...

siangpun berganti sore, sungguh aku tak mengasihi tubuhku, aku sungguh lelah... debu ada di sekujur tubuhku, matahari seakan menertawaiku, dan lonceng dibunyikan, pertanda buruh pulang dan diberi bayaran,... aku berjalan seponyongan, aku berada dalam titik lelahku, penat yang aku rasa, dahaga yang tadi menghantuiku kini lenyap karena lelahnya tubuhku,... mendung berarak, dan hujan deras datang menghampiriku, dengan tenaga terakhir aku berlari menuju rumahku, sampai didepan pagar, aku semakin penat karena aku kehilangan kunci rumahku, aku masih mencari di kantong-kantong bajuku, namun tak ada,.. brengsek!! Kulihat hanya sebuah halte seakan merayuku untuk menanti berhentinya hujan, aku segera berlari kesana,... tubuhku sudah basah kuyup, dan aku menggigil kedinginan diantara mata-mata yang tergelagak melihatku... aku menutup mataku dan berdoa mohon kekuatan, aku hanya takut jika sampai aku terkapar lelah disini.

Tiba-tiba saja ada yang menyelimutiku dengan jaket dan memelukku hangat,aku hanya terkejut dan irama detak jantungku semakin kencang, aku masih menutup mataku, dan masih aku tenggelam di pelukannya, entah apa yang aku pikirkan, kalaulah yang memelukku adalah pria itu, bersyukurlah aku, lirih di membisikiku
“Kamu akan baik-baik saja”
Sungguh aku lelah dengan tubuh ini, aku tak mampu melihat dan menopang tubuh ini, keburaman mataku tak mampu melihat siapa pria ini...

Sampai entah dimana, aku tenggelam di kasur putih yang empuk, langit-langit kamar yang asing bagiku, aroma keharuman merebak menenangkan jiwaku, tubuh lelah ini hanya tertutupi oleh selimut putih yang tebal hingga menghangatkan ragaku. Secercah cahaya matahari masuk melalui jendela dengan berkorden putih, angin seakan menyapaku lewat desiran korden itu. Kamar itu kosong hanya ada kasur yang besar ini dan aku. Terdengar jelas dari kejauhan desiran ombak laut, aku mencoba mengangkat tubuh ini, aku penasaran, aku berada di dekat pantaikah? Aku mengangkat tubuh telanjang ini dan kutengok keluar jendela, huu... indahnya metahari terbenam, hingga aku terpanah menatap pantulan sinar matahari oranye ke laut biru, dan langit merebak merah dan ungu... dan buih-buih ombak seakan menyapa pasir putih pantai dan terbang rendah. Aku mengira ini surgakah? Terhenyak aku mendengar langkah kaki dan seorang pria masuk ke ruangan ini..
“Hai,.. kau pingsan kemarin malam sampai sore ini, nich ada sedikit makanan, kau pasti lapar,... juga ada gaun milik kakakku, semalam pakaianmu kubuang, robek dan bau, tak layak kamu pakai, namaku Cakrawala,... panggil aku jika kamu memerlukan aku, aku ada di ruangan depan,...”
Aku terbelalak, dia pria kuliahan itu dan dia yang bernama Cakrawala..
“Oh... ya Cakrawala, terima kasih atas semuanya, aku Caramelle...”
Dia hanya cuek dan keluar ruangan ini, dan menutup pintunya...

Kubanting tubuhku tenggelam di kasur yang empuk ini, Oh, my..... dia Cakrawala, dia yang harus aku ubah kehidupannya, just second.... apa yang harus aku ubah dari dia? Kalaulah mimpiku yang lalu itu benar, ini adalah misiku...

Seusai aku memakai gaun putih yang ia beri, aku melahap makanan yang ia berikan, aku mencoba keluar kamar ini, yang kudapatkan ia sedang menulis di meja kayu, entah apa yang ia tulis, banyak kertas yang beserakan di ruangan ini. Ruangan ini berhadapan langsung dengan laut, aku melangkah keluar dari rumah kayu ini, terhenyak aku mendengar derunya ombak Pantai Heaven yang berada bermil-mil dari rumah reotku, dan aku bersandar di pintu kayunya, tepesonalah aku melihat matahari terbenam, seakan angin menypaku, dan ombak melambaikan tangannya menyapaku, luluhlah jiwaku saat itu, sungguh indah, terakhir aku disini bersama ayah dan ibuku, masih terngiang jelas di telingaku canda tawa bermain air di pantai ini, persis ada di foto kami yang aku selipkan di bantalku, tangis kecilku tak mampu aku bendung. Sekali lagi dadaku sesak oleh kenangan masa lalu, dan matahari lelah, seakan mengucapkan selamat tinggal, lewat oranyenya terpantul oleh laut biru tanpa tepi, senja....Aku mengusap air mataku, terhenyak aku di tabrak olehnya dari belakang,...
“Hey,... aku ada bisnis sebentar kalo kamu mau pulang, tuh ada halte,... “
“Kamu mau kemana???” dia hanya cuek...
“Urusanku...”
Segera aku mengikutinya dari belakang, aku penasaran, sesampainya di ujung pelabuhan aku mendapati dirinya bersama teman-temannya, aku bersembunyi diantara box barang, aku mendengar pembicaraannya...
“Hei,... Cakrawala malam ini anak kampung Bone menantang kita”
“Ahk... si pecundang-pecundang itu... mana mereka? lama bener...”
Apa? Tawuran, apa yang bisa aku perbuat, bisa-bisa aku babak belur pula... dari kejauhan anak kampung Bone berdatangan dengan membawa kayu-kayu yang besar... aduh... aku sungguh takut, apa yang bisa aku perbuat.... inikah kehidupannya?? Segera aku berlari di tengah dua geng ini...
“Heiii... tunggu!!! apa gak ada penyeleseian lainnya?? Apa harus dengan berantem??”
”Brengsek,... siapa pula ini” segera tawuran tak terhindarkan, salah satu anak kampung Bone mengarahkan pisaunya kepadaku, aku berteriak dan menangis, ditariknya aku oleh Cakrawala hingga terjatuh, dan pisaunya meleset mengenai lengan kananku,
”Bodoh!!! Kau sungguh bodoh tunggulah disini” aku masih menangis... dia kembali ke tengah-tengah pertengkaran,.. dan anak Bone lari dan menyerah
“Hei pengecut.... “
“Kita menang Cakrawala”
Dia kembali mendapati aku, aku masih ketakutan dan menangis
“Hei... ayo Caramelle!!” dia menyodorkan tangannya
Malam itu, kami berjalan pulang, dengan menahan perih lenganku, aku beristirahat di sofa miliknya
“Bodoh banget sich kamu, ketengah-tengah kami tawuran,... sok pendamai lagi, dah jangan nangis,... sini mana lukamu,...”
ia membersihkan luka lengan dan kakikku yang lecet dengan air
“emang gak ada kerjaan selain tawuran,?? Tuh bersihkan ruang tamu ini kan bisa!... berantakan banget,... ada pakaian-pakaian bau berserakan, dan kertas-kertas tak dipakai,... rapi dikit donk!!”
“Ihk.,. cerewet banget sich!!!.. “ sambil ia membebat lenganku dengan perban
“Aduh... pelan-pelan napa sich?”ia mengecangkan talian perban, aku masih menangis...
“Dengerin,... di jaman ini sudah tidak ada lagi tempat yang nyaman, sekalipun pantai ini dinamakan Heaven fells like hell,.. soal ruang ini berantakan, kamu bisa merapikannya kan?? Aku mau mandi dulu...”
“Huuuu.. pemalas!!”
“Apa kau bilang???”
“Tidak, aku hanya bilang terima kasih” aku kembali menggerutu
Ia melepas kaos yang menutupi tubuhnya yang penuh dengan luka lembam, segera aku bangkit dan merapikan ruangan ini, hu... bayangkan saja banyak baju-baju kotor dan bau berserakan di lantai dan kayaknya rumah ini tidak pernah disapu dan dipel deh,... segera aku menemukan sapu dibalik pintu, aku merapikan dan membersihkannya, memang kelihatannya dia pemalas... dan aku merapikan kertas-kertas berserakan, terlihat kertas-kertas itu tertulis sebuah sajak-sajak yang tidak aku ketahui artinya, entah apa yang tulis, dan untuk apa, apa dia gila atau stress, salah satunya ...

In Graveyard

Sampai entah dimana aku masih mengukir kelamnya jiwaku
Sampai entah dimana kamu masih menjadi kelamnya hari-hariku

Pabila cakrawala terbut
Kamu masih tak ada disampingku, musnahlah aku
Pabila cakrawala terbenam
Dan kamu masih tak ada dipelukanku, hinalah aku

Aku seperti pasir putih di tepi pantai
Menanti kedatangan ombak
Namun kini ombak mati
Laut kian tenang
Dan aku mati

Entahlah apa artinya, apa dia pengen mati,... tak tahulah aku, dan aku mendapati buku tebal yang pernah aku lihat waktu dia di halte, ternyata tumpukan sajak-sajak itu, hu... capeknya merapikan ini,... aku menemukan piano tua yang tertutup kain di ujung ruangan ini, aku mencoba ke arah dapurnya, mungkin ada yang aku masak, uhm... seikat bayam, dan beberapa wortel, dan kutemukan lagi mie instan, okelah,... aku masak mie..

Aku melihat ia keluar dari kamar mandi sambil mengelap rambutnya yang basah dengan handuk, dan sedikit ia terdiam dan tercengang, ..
“hei,.. kau yang merapikan semuanya?? Ya baguslah...”
Uhk... dasar... gak bilang terimakasih, dasar pria... seusai mie rebus dan nasiku, aku menaruhnya di meja kaca di depan sofa.. aku mendapatinya sedang tertidur di kamar miliknya,..
“hei.. Cakrawala bangun,... tuh ada dinner, aku buat sendiri,”
“ha? Mana?”
“tuh di ruang tamu,.. yuk makan” segera ia bangun dan menuju ruang tamu, ia terlihat lahap memakannya,...
“pelan-pelan dunk makannya, kayak orang belum pernah makan aja!!”
“kau yang membuatnya? Enak!” sambil menjubel makanan di mulutnya
“Cakrawala aku mau nanya, kau kuliah?”
“kuliah? Ya enggaklah aku kerja,...”
“Kerja? Dimana?...”
“Ikut bisnisnya temen,...”
“bisnis apaan sich?? Dari tadi bisnis-bisnis melulu,...”
“Udah deh gak usah ikut campur,... nich dah kenyang, makasih ya, aku lelah banget mau tidur, pakailah kamar yang tadi, tuch ada lemari isinya baju-baju kakakku, pake aja... kalau mau pulang dah kemaleman,... dah aku mau tidur,... oh ya jangan lupa mandi bau banget kamu,... hehehehe...” sambil ia menutup kamarnya

Seusai aku mandi, kembali aku merebahkan tubuhku tenggelam dalam kasur yang empuk, entahlah banyak yang kini menjadi pikiranku, aku tak bisa mengerti dia seutuhnya, masih seseorang misteri bagiku,.... ya syukurlah dia tidak dekat dengan dunia narkoba dan sejenisnya, lelapnya aku malam ini... tak lupa aku mengucap selamat malam dengan ayah dan ibuku, “good night mom and dad..” tertidurlah aku....


Aku terbangun pagi ini oleh karena handphone milik Cakrawala bunyi, terdengar keras dari balik pintu kamar ini, lama ia tak mengangkatnya,... bunyipun terus berdering, hingga aku harus mengangkatnya
“ Hallo..”
“Cakrawala? Nich ada yang mau pesen,....” tak sampai ia selesai bicara handphone itu direbut oleh Cakrawala...
“oh ya?? Dimana?? Oke aku kesana? Tunggu ya” segera ia ke arah laci dan mengambil sesuatu,...
“Cakrawala, bukankah itu ...”
“ya ini narkoba,”
“ Ha??? Itu kan terlarang?”
“ kau pikir bagaimana aku membayar biaya rumah, listrik dan hidupku? Tapi kamu tenang aja, aku lagi ada pesanan nich,..” ia mengunci laci dan keluar
rumah dan menutup pintu... Oh my... seakan sebuah palu menghujam diatas kepalaku, segera aku mencari cara untuk membuka laci itu, aku menemukan linggis dan bisa untuk merusak laci itu, segera aku memukulkannya ke laci itu, dan terbukalah laci itu, ada puluhan lebih obat-obat itu, beragam warnanya, segera aku mengeluarkan lacinya dan membuangnya di samping rumahku, aku tahu resiko nanti yang harus aku terima, tapi aku harus menyeleseikan misiku, aku tak peduli,...

Sampai pada waktunya, ia kembali, dia tercengang melihat lacinya tak ada, aku masih berdiri di depan kamarku,...
“aku membakar semuanya”
“Apa? Brengsek kau, kau jangan pernah mengatur hidupku, kamu jangan sok ya!! Brengsek kau” sambil ia keluar untuk mencari, kalaulah masih ada sisa yang tak terangkut oleh truk sampah..
“itu buruk untuk kamu... Cakrawala”
“Brengsek kau...”
ia langsung hampir saja menamparku, aku menangis di hadapannya... ia terdiam melihatku menangis,... hanya terdiam,
“maafkan aku Cakrawala!” tangannya mendapatiku dan memelukku
“psst... dah, aku tahu yang kamu lakuin, kamu juga berani demi aku, aku janji gak akan buat seorang wanita menangis lagi,.. Caramelle kalaulah kamu tahu kekelaman hidupku karena ketiadaan seseoarang yang pernah aku cintai, aku tak mendapati biaya untuk mengobati istriku yang mempunyai kelainan jantung, sungguh aku putus asa saat ini,...tapi adanya drimu, aku mampu sadari kesalahanku atas kenyataan kelamku, aku janji...”
masih aku menangis tenggelam dalam pelukannya dalam malam yang pekat, seakan ombak menghempaskan tubuhnya di tepian pantai malam ini....

Kamipun kembali, ia merebahkan tubuhnya di sofa...dan aku duduk di sampingnya...
“Huu. Apa aku harus kembali kerja??? Darimana aku mendapatkan duit lagi??”
“uhm...ya pasti dunk,...”
“tapi kalo kerja harus di kota, disini ? jadi nelayan? Hu.. malas banget, malam kerja, siang tidur huuuu... pusing banget,”
“Emang disini banyak wisatawan gak sich?? Kan aku baru dua hari disini”
“Dikit, soalnya jauh dari kota”
“Kau punya tabungan ato simpanan uang??” aku mondar-mandir berpikir
“dari penjualan tadi pagi aku mendapatkan dua juta, lainnya masih belum aku hitung awalnya kan aku beli barang bejat itu lalu aku jual lagi, aku punya untung sdikit karena kalau mahal-mahal ya gak ada yang beli,...ehk, napa nanya?”
“Kita buat aja restourant, rumahmu cukup besar tinggal kita percantik aja dan kita bisa beli perabotannya dari tabunganmu,”
“Itu gak mungkin, kita bisa bangkrut karena daerah sini sering tawuran dan wisatawan pada takut”
“Ajak kawan-kawanmu ikut dalam restourant ini”
“Ha?? Kalau kita ditantang lagi gimana? Bisa-bisa rumah ini dibakarnya”
“kita jebak mereka saja dengan bantuan polisi, pantai ini kembali menjadi Heaven...”
“Ide bagus Caramelle, aku menyukaimu” Ia bangkit dan spontan ia menciumku,
“maafkan aku Caramelle”
“aku juga menyukaimu” bibir kamipun kembali terpagut satu sama lain..
Sungguh malam ini indah, aku kembali di dekapan hangatnya,..
“aku lelah sekali, aku mau tidur, bye Cakrawala!”
“ya dh tidur sana, aku besok mencoba ide gilamu, bye Caramelle”
Segera aku menutup pintu kamarku, aku melompat kegirangan ke atas kasur yang empuk ini, dan aku berteriak kesenangan hingga dia membuka kamarku...
“hei kau tak apa-apa kan?”
“yes I’m fine” sambil ia tersenyum manis kepadaku
“yah udah met tidur”
Aku menjatuhkan tubuhku di kasur ini dan tenggelam di selimut hangatnya,... oh, my... semoga kelak aku menyeleseikan misiku... dan baru kali ini aku tidur tersenyum, dan lelaplah diriku,...

Sampai entah dimana aku kembali di sebuah bus malam kembali, segera aku mendekati wanita tua itu
“tinggal sedikit lagi Caramelle, aku salut kepadamu,... lihat di ujung sana, membentang luas kebahagiaanmu,..”


Seminggu berlalu, Cakrawala bekerjasama dengan pihak polisi untuk menjebak para geng Bone, ia membuat strategi menantangnya di ujung pelabuhan kembali, kini geng bone semakin banyak, dan ketika malam tiba dan semua geng bone sudah berkumpul, datanglah polisi menyergapnya, adu tembak pun tak terhindarkan, terdengar dari jauh adu tembak dengan aparat kepolisian, Cakrawala memelukku dari belakang, dan teman-teman Cakrawala melihat kesenangan dari kejauhan, dari rumah ini. Seusai itu mereka berkumpul masuk ke dalam rumah..
“hahaha... rasain tuh buat geng Bone” salah satu kawannya
“Oke,.. dengerin kawan, sekarang aku dan uhmm.... wanitaku Caramelle, ingin membuat restourant di rumah ini, mungkin ada yang membantu kami??”
”apa?? Hei masih ada kerjaan lain yang masih bisa menghasilkan duit banyak, ngapain jadi waitres, gak deh”
“uhmm... kita berteman sejak kecil, kita saling membantu, kala ingat kita berantem kita gak akan mau kalah dengan siapapun, aku tahu dalam diri kita tertanam kesolidan yang kuat, itu yang membuat kita terus menginginkan merajai dunia, tapi dunia yang bagaimana? Dunia narkoba? Dunia kelam yang setiap kali kita harus menghmburkan uang untuk judi dan minum alkohol? Dunia yang hitam membuat pantai Heaven feels like Hell?? Aku tahu dalam setiap diri kita mendabakan kebahagian, aku menawarkan dunia putih tanpa cela, ayo kawan kita mencoba menata kembali kehidupan kita, bagaimana?” terhenyak aku melihat Cakrawala berbicara diantara kawannya, dan kawannya pun terdiam...
“Kau Andre? Oka? Titus?Pius? Marcell?”
“Cakrawala!! Mari kita kembalikan surga ke pantai Heaven, aku ikut denganmu”
Andre berteriak dan semua menyepakatimya, dan kami bercanda ria malam itu, malam yang indah buatku..
“Caramelle! Sungguh aku tak tahu yang aku ucapkan tadi, seolah yang berkata bukanlah aku,”ia membisikkiku
“hehehe... kau lucu Cakrawala, itu tadi dirimu seutuhnya...”

Bulan Novemberpun sudah berlalu, hujan tak henti-hentinya mengguyur deras seiring datangnya Bulan Desember, kami masih bertahan membuka restourant walau terkadang sehari tidak ada yang berkunjung, bahkan cat dinding dan dekorasi digonta-ganti, biayapun sudah menipis..
“ahk... tuh kan ini bukan ide yang baik!!” Cakrawala sambil membanting pintu
“Mungkin Hari Natal banyak yang kesini,” aku menenangkannya
“dengerin Caramelle, pantai ini sudah jelek nama baiknya sejak bertahun-tahun lalu...
“Cakrawala,.. sabar toh!” ucap Marcell
“ kami masih disini koq!” ucap Pius
Kelihatannya dia sudah tak sabar, dan putus asa, aku mencoba berdoa kembali di gereja dekat rumah, kira-kira satu blok dari rumah, disitu sepi, karena memang hari ini adalah hari senin, aku mencoba bersujud dan menyalakan lilin,
“Ya Tuhan, aku anakmu yang dulu hidupku kelam, tak memiliki satu jua, temanpun tak ku miliki, aku bersyukur kepadamu karena sampai pada hari ini aku masih mampu melihat keindahan matahari tebit, esok pabila tiba matahari tak terbit kembali, entah aku tak mampu pikirkan rencanaku selanjutnya, namun aku yakin rencanaMu diatas rencanaku, dan aku yakin rencanaMu untuk diriku sungguh nan indah tak ternoda, esok pabila tiba matahari terbit kembali beri aku secercah kekuatan, untuk aku bisa menopang berat beban yang aku pikul, tanpa adanya diriMu, apalah artinya aku. Amin”

Dua minggu berlalu, masih dibilang kami masih mengalami keuntungn yang cukup, hingga Hari Natal tiba,... aku masih dalam lelap tidurku, hingga Cakrawala membangunkanku..
“Hei pemalas bangun dunk!! Ayo bantu, nich banya pesenan,” Segera aku meloncat dari kasurku, oh, my... aku melihat banyak wisatawan yang datang,
“ ayo Caramelle bantu aku!”
“iya... Cakrawalaku”dia terlihat senang dan bergairah untuk bekerja...

Hingga malam Desember akhirpun tiba, besok adalah tahun baru, aku masih merapikan dapur dan cucian piring yang menumpuk, terlihat teman-teman Cakrawala mondar-mandir sambil mereka tertawa kecil ketika melihatku, entah apa yang mereka rencanakan, seusai itu aku mendengar dentingan piano dari arah luar restourant ini, akupun penasaran, ada dentingan piano dengan lagu yang tak asing bagiku, segera aku kberjalan keluar, dibukannya pintu rumah ini oleh Andre, dan aku melihat Oka bermain piano, terhenyak kumelihat tepian pantai sudah terhiasi lilin-lilin yang menyala dan ditengahnya ada Cakrawala berdiri, aku tersenyum mendekatinya, tangan satunya menyodorkan bunga mawar merah dan...
“maukah kau menikah denganku, aku mencintaimu” ia membuka sebuah kotak merah berisikan cincin dan memakaikannya di jari manis tangan kiriku
“Kau itu Cakrawalaku, hangatkan aku dalam setiap hari-hariku, milikilah aku untuk selamanya” terpagutlah bibirku di bibir manisnya, dan aku menangis bahagia...

Dia adalah Cakrawalaku, hangatkan aku dalam setiap hari-hariku, dia miliku untuk selamanya, dan setiap pagi menjelang tidak ada lagi kecemasan dan kesendirian, aku berada tenggelam di pelukannya, dan setiap kali ia membisikiku betapa indahnya arti sebuah ketulusan cinta, sungguh aku dan juwaku mencintai seutuh jiwa dan raganya, aku mencintai hidupku,...

tamat

Sebuah Cerpen dari sahabatku, Stefanus Haryo



Kamis, 27 November 2008


Adrienne Willis (Diane Lane), seorang wanita dengan kehidupan rumah tangga yang diambang kehancuran, memutuskan untuk menyendiri dikota kecil Rodhante, Carolina Utara, disebuah pengunapanmilik sahabatnya. Setiba Arienne di Rodhante, badai besar terjadi dan Dr. paul Ranner (Richard Gere) tiba di penginapan tersebut. Flaner tidaklah sedang menyendiri di akhir pekan melainkan untuk menemui putranya
Dalam badai, keduanya saling jatuh cinta, sebuah kehidupan percintaan yang mengubah hidup mereka selamanya
Jenis Film :
Drama/romance - Dewasa (adult)
Produksi :
Warner Bros. Pictures
Homepage :
http://nightsinrodanthe.warnerbros.com/
Durasi :
97 Min
-->
Cast & Crew
Pemain :
Richard Gere Diane Lane Scott Gleen Christopher Meloni
Sutradara :
George C. Wolfe
Penulis :
Ann Peacock John Romano

Kamis, 20 November 2008

JOURNEY TO THE CENTER OF THE EARTH 3D


Saat melakukan ekspedisi ke Iceland, ilmuwan Trevor Anderson (Brendan Fraser), keponakannya Sean (John Hutcherson) dan pemandu mereka yang cantik, Hannah (Anita Briem), terperangkap di sebuah gua dimana jalan keluarnya hanya membawa mereka semakin dalam menuju inti Bumi. Menyusuri dunia yang belum pernah dikunjungi orang sebelumnya, trio penjelajah itu bertemu dengan makhluk-makhluk yang tidak terbayangkan – termasuk manusia pemakan tumbuhan, piranha terbang raksasa, burung bersinar dan dinosaurus dari masa lalu. Ternyata, akan ada ledakan vulkanik dan mereka harus menemukan jalan keluar dari perut bumi tersebut sebelum terlambat
Nikmati penjelajahannya dengan 3D – petualangan yang lebih seru ini dengan fasilitas 3D di Plaza Senayan XXI dan Studio XXI eX-Plaza Indonesia.

http://www.21cineplex.com/journey-to-the-center-of-the-earth-3d,1973.htm

Senin, 27 Oktober 2008

Haii...

Hai...,
Alhamdullillah akhirnya saya punya blog juga..
He..he..

Sering-sering berkunjung ya...??